“Mengapa harus aku yang slalu mengalaaah?”
Bacanya
sambil nyanyi wkwkkw. OK, back to the
topic. Pernah enggak sih klean yang berstatus ibu merasa capek karena…mengalah lagi dan lagi.
Bagaimana
tidak capek kalau mau buka puasa aja eh malah digelendotin ama bocil. Baru
minum, anak merengek-rengek. Akhirnya terpaksa gantian dengan ayahnya alias
nunggu beliau selesai makan dulu, baru bisa berbuka.
Ibu yang Terus-Menerus Mengalah
Contoh
lain adalah saat di rumah ada beberapa potong lauk. Ayah sebagai kepala
keluarga biasanya milih dada ayam yang ukurannya paling besar. Anak-anak makan
bagian sayap atau paha.
Sementara
ibu? Lagi-lagi ibu dipaksa untuk mengalah dan hanya makan ceker atau brutu.
Huaaa, padahal dia yang masak?
Situasi
ini relatif ‘normal’ di keluarga yang hidup di tahun 1980-an atau sebelumnya.
Amatlah ngenes kalau di tahun 2024 masih ada yang begini. Ibu adalah cahaya di
keluarga, bukan pembantu yang Cuma dapat makanan sisa!
Suami Kudu Sadar Diri
Lalu
bagaimana cara mengatasi situasi buruk alias ibu yang jadi sakit hati karena
terus-menerus mengalah? Kuncinya ada di peranan suami. Oleh karena itu jangan sampai salah pilih pria untuk
dijadikan suami yaa.
Seorang
wanita butuh laki-laki yang mendukungnya, yang selalu menomorsatukannya. Suami
yang sadar diri akan tanggap lalu gantian menjaga anak (yang masih kecil atau
bayi) ketika istrinya akan makan. Suami yang waras tidak akan egois, misalnya
makan sampai kenyang tetapi istrinya masih kelaparan.
Utamakan Kesehatan Ibu
Ketika
ibu yang sudah mengorbankan tenaga, waktu, pikiran, dan segala kasih-sayangnya
untuk keluarga, maka jangan sampai ia dipaksa untuk mengalah. Tolong lah, kalau
enggak ada ibu, semua berantakan, bukan? Jadi ibu wajib diutamakan terutama untuk kesehatannya.
Kesehatan
fisik ibu tentu sangat penting, oleh karena itu pastikan suami dan anak-anak
paham dan mengutamakan sang ibu. Jika ibu lapar maka silakan makan, sementara
anak-anak sudah terlatih untuk mengambil piring dan nasi sendiri. Jangan
semuanya dikit-dikit minta dilayani.
Me
Time Bukan Egois
Lalu
bagaimana dengan kesehatan mental ibu? Salah satu cara menjaganya adalah dengan
me time rutin. Yaa sebenernya versi me time seseorang itu beda-beda yaa.
Ada
wanita yang suka nonton bioskop sendirian, ngopi sendirian, beli buku atau ke
perpustakaan. Ada juga yang me time dengan
perawatan di salon atau spa. Sebenarnya, me
time cukup 1-2 jam dan setelah itu pikiran jadi segar.
Ibu Bahagia, Anak Juga Bahagia
Mengapa
ibu harus bahagia dan dilarang untuk terus-menerus mengalah? Karena ibu yang bahagia
akan membuat anak-anak juga bahagia. Begitu juga dengan ayahnya.
Jangan
sampai ibu disuruh mengalahh terus dengan alasan ayah sudah capek mencari uang
(padahal jadi ibu juga tak kalah capeknya). Kalau ibu stress dan sakit (secara
fisik dan mental) maka akibatnya buruk. Ibu akan terus marah-marah dan akhirnya
anak yang kena getahnya.
Oleh
karena itu please deh, jadi suami
yang aware akan kesehatan (fisik dan
mental) istrinya. Istri adalah RATU
RUMAH TANGGA bukan PRT gratisan yang bisa disuruh-suruh dan dipaksa ngalah
terus. Kalau memang ada lelaki yang belum bisa mengalah dan memuliakan wanita,
mending jangan nikah dulu.